Sabtu, 02 Juli 2011

Sudahkah aku bersyukur?

 ...karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur(QS al-A’raf:16—17)

ayat diatas adalah petikan dari surat al-A'raf, dimana terjadi dialog antara Sang Khaliq dan hamba Allah bernama Iblis. didalam dialog sebelumnya, Iblis digambarkan sebagai pribadi yang angkuh, sombong dan mendustakan perintah Tuhan untuk bersyujud kepada manusia.  Saya tidak akan mempertanyakan kenapa Tuhan tidak memaafkan Iblis padahal Tuhan maha pemaaf, saya juga tidak akan mempertanyakan alasan Iblis enggan mematuhi perintahNya padahal kita tau Iblis adalah mahlukNya yang sangat taat. Saya juga tidak akan bertanya mengapa Iblis yang begitu taat menjadi begitu sombong,, kalo manusia sombong itu karena meniru sifat Iblis,, lalu kalo Iblis sombong itu niru sifat siapa? aduh,, akhirnya nanya juga.. hehe...

bagi saya, bukan pada dialognya yang saya anggap penting,, tetapi pelajaran apa yang Tuhan ingin tunjukkan kepada manusia mengenai dialog Tuhan dengan hambanya yang sangat setia ini (dulunya)... "...Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur". penggalan ayat tersebut menunjukkan bahwa Iblis pun mengenal "rasa bersyukur" kepada Tuhan. akan tetapi kenapa ia mengajak manusia untuk tidak bersyukur padahal ia tau setiap mahlukNya diwajibkan untuk bersyukur sebagai ungkapan terima kasih atas segala nikmat yang diberikan Allah? 

ok,, hentikan omong kosong ini brur!!!

Inti dari janji Iblis adalah mencegah manusia untuk bersyukur,, sehingga dalam janjinya Iblis bersumpah kelak di hari kiamat, akan sangat sedikit orang yang bersyukur kepada Tuhan. pertanyaannya,,, kenapa Tuhan sampe nunjukin dialog ini??? apa pentingnya bersyukur untuk kita?

Didalam ayat lain Allah berfirman:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim: 7)

Mengapa Tuhan begitu getun,, dan setengah memaksa manusia seakan ingin mendapat pengakuan dari manusia bahwa nikmat itu dari Tuhan,, klo manusia ngakuin,, ya tar ditambah lagi nikmatnya... bukannya Tuhan itu mustahil memiliki sifat sombong? 

Apa itu Syukur


Apa itu syukur hingga ditekankan oleh Allah dalam beberapa firmanNya? Kalimat dalam bahasa Arab, syakarat ad-dabbatu berarti unta itu gemuk, unta dikatakan gemuk bila terlihat padanya tanda-tanda makanan yang telah dimakannya. Unta dikatakansyakur jika terlihat padanya kegemukan melebihi kadar makanan yang telah dimakannya. (Abdul Hamid al-Bilali, Taujih Ruhiyah, jil. 1). Dalam ilmu tasawuf, syukur berarti ucapan, sikap dan perbuatan terima kasih kepada Allah dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikan-Nya. (Ensiklopedi Islam).


Orang yang bersyukur adalah orang yang terlihat padanya tanda-tanda syukur, sehingga orang yang mengaku sebagai orang yang bersyukur tidak dapat diterima pengakuannya itu bila ia malas beribadah kapada Allah. Ketika suara adzan telah usai dikumandangkan ia bermalas-malasan, tidak bergegas untuk shalat jamaah, ketika waktu puasa telah tiba ia tidak mengisinya dengan perbuatan yang bermanfaat, ketika hartanya telah sampai pada batas untuk mengeluarkannya, maka ia enggan mengeluarkannya, dan ketika ia telah mampu untuk menunaikan haji maka ia mencari-cari alasan untuk tidak segera berangkat.


Orang yang bersyukur, ibadahnya karena rasa terima kasih kepada Allah yang setiap saat, setiap menit dan detik memberikan nikmat kepadanya. Ia malu jika tidak dapat mensyukuri nikmat tersebut; ia malu jika dikatakan sebagai orang yang tidak tahu diri karena tidak bersyukur kepada Allah. Bagi orang-orang yang bersyukur, hembusan nafas dan kedipan mata yang setiap saat bisa ia lakukan adalah nikmat yang sangat besar. Segala gerak-gerik jasmani dan ruhaninya kemudian hanya untuk mengharap ridha Allah, tidak sedikit pun dari hidup mereka kecuali ia mengingat Allah.

Rasulullah saw. adalah pribadi paripurna yang selalu bersyukur kepada Allah swt. beliau adalah teladan bagi orang-orang yang bersyukur, Rasulullah tidak memahami syukur sebatas pujian dengan lidah akan tetapi membuktikannya dengan amal perbuatan.

Aisyah ra. istri Nabi saw. suatu ketika merasa keheranan dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah, beliau melaksanakan qiyamul-layl semalaman hingga kakinya bengkak, padahal kalau dipikir-pikir, Nabi adalah orang yang maksum, tidak tersentuh oleh dosa. Aisyah berkata, ”Engkau masih berbuat seperti ini, padahal Allah swt. telah berjanji akan mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Rasulullah saw. menjawab: Tidakkah aku bersenang diri menjadi hamba yang bersyukur? (riwayat al-Bukhari).

Imam Ibnul Qayyim merangkum makna syukur itu dalam perkataan: Syukur ialah terlihatnya tanda-tanda nikmat Allah pada lidah hamba-Nya dalam bentuk pujian, di hatinya dalam bentuk cinta pada-Nya dan pada organ tubuh dalam bentuk taat dan tunduk. (Abdul Hamid al-Bilali,Taujih Ruhiyah, jil. 1).

Syarat-syarat Syukur

Menurut Ibnul Qayyim syukur itu akan terasa lengkap jika memenuhi tiga syarat yaitu:

1. Ia mengakui nikmat Allah pada dirinya
Yaitu dengan mengakui bahwa segala kenikmatan ini adalah pemberian dari Allah, adapun usaha yang ia lakukan hanyalah wasilah (perantara) bagi datangnya nikmat tersebut. Kenikmatan tersebut merupakan sebuah cobaan bagi orang-orang yang beriman, Allah berfirman, yang artinya:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. (QS al-Anbiyaa’: 35)

Allah mencoba manusia dengan kebaikan agar terlihat siapakah di antara mereka orang-orang yang bersukur dan siapa pula yang kufur kepada Allah.

2. Ia menyanjung Allah atas nikmat itu

Menyanjung Allah yaitu dengan mengucapkan hamdalah dan pujian-pujian yang lainnya, yang kesemua pujian tersebut untuk membesarkan nama-Nya.

3. Ia menggunakan nikmat itu untuk mendapatkan keridhaan-Nya

Artinya semua kenikmatan yang ada pada diri kita hendaknya selalu digunakan untuk mendekatkan diri kita pada Allah. Kalau kita mendapat nikmat makan, maka kita niatkan dan kita gunakan manfaat dari makan tersebut untuk beribadah kepada Allah, seperti untuk shalat, dzikir dan sebagainya. Kalau kita mendapatkan nikmat berupa penglihatan yang baik maka gunakanlah penglihatan tersebut untuk kebaikan, seperti membaca al-Qur’an dsb., jangan kita gunakan untuk melihat tayangan televisi yang kurang bermanfaat bagi akhirat kita, apalagi tayangan-tayangan yang mengandung dosa. Rasulullah pernah menyatakan bahwa salah satu tanda kebaikan seorang muslim, yaitu ia meninggalkan hal-hal yang kurang bermakna bagi peningkatan keimanannya.

Bagiku, Engkau adalah Rajaku. aku ini hanyalah seorang hamba... salah satu dari sekian banyak mahluk yang telah Engkau ciptakan. tiada berhak aku untuk mempertanyakanmu... sudah sewajarnya aku bersyukur atas segala nikmat yang telah diturunkan kepadaku. sungguh,, segala yang telah Engkau berikan adalah nikmat yang luar biasa. sering aku lupakan. sering aku menyangkal.... Engkau adalah Dzat Maha Pemberi,, Engkau Dzat Maha Pemurah.. aku ingin senantiasa bersyukur kepadaMu, ya Allah. termasuk hari ini..... Engkau telah memberikan nikmat kelulusan yang tertunda,, Engkau bukakan mataku betapa tidak siapnya aku jika aku diluluskan saat ini,, Engkau bangkitkan fikiranku menyadarkan bahwa begitu dangkal apa yang aku ketahui,, dan begitu luas apa yang belum aku kuasai..., dan Engkau karuniai aku dengan semangat baru untuk meyakinkanku bahwa aku tidaklah sendiri. Engkau selalu bersamaku... Ya Allah, perkenankan aku untuk belajar lebih mendalam tentang apa yang Engkau tuntunkan kepada kami... sesungguhnya, Engkaulah sumber segala pengetahuan...
Alhamdulillahirabbil Alamin....

(siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS al-Anfaal: 53)

Sesungguhnya, bersyukur adalah untuk diri sendiri, karena Dzatnya tidak memerlukan sesuatupun dari diri. 
Wallahualam... biarlah misteri ini menjadi renungan untuk diri


referensi: 
http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/inilah-rahasia-bersyukur.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Exchange 2010 SP3 PrepareAD error “The well known object entry with the GUID”

Currently we are going to upgrade Exchange 2010 SP1 to Exchange 2010 SP3 which is one of the step is preparing AD. But in the mid of proces...