Jumat, 30 Maret 2018

Rantai itu bernama "Aturan"

Barusaja saya menonton sebuah video yang cukup viral di dunia per-youtube-an. Ya, video yang menceritakan seorang tokoh politik yang tidak saja menggemparkan. Namun, juga mengguncang hati siapa saja yang mendengarnya. Indonesia sudah diramalkan lenyap di tahun 2030. Aksi pro dan kontra pun bak buih yang mengapung ditengah lautan membanjiri jagat dunia net. Sontak, hal ini membuat geram pemerintahan saat ini.

Ya, tepat sekali. Politikus ini tidak salah. Ia hanya mengutip sebuah novel fiksi berjudul "Ghost Fleet" yang sebenarnya penulis sendiri belum sempat membacanya. Di kutipan tersebut dijelaskan bahwa salah satu pulau yang ada di Indonesia, dulunya bekas milik negara Indonesia kini telah menjadi salah satu basis militer negeri Tiongkok. Mungkin lain kali harus baca novel ini. Sepertinya menarik untuk ditelusuri. Bukan saja karena jalan ceritanya, namun bagaimana sih pandangan dunia luar terhadap negara yang bernama Indonesia ini?


Di video lain, saya melihat pernyataan tandingan dari bapak presiden saat ini, Joko Widodo. Ya, beliau mengatakan bahwa di tahun 2040 Indonesia akan memasuki era kejayaan yang bahkan akan menduduki peringkat lima besar negara dengan ekonomi terkuat dunia.


"Ngimpi ya pak? tolong, kalau ngimpi jangan terlalu tinggi. ketinggian nanti jatuh sakit pak! apalagi ngimpi di siang bolong!" mungkin ini pernyataan spontan dari kita semua. namun saya yakin, itu kenyataan yang ada dipikiran kita. Ya, Indonesia 10 besar saja itu, di dalam mimpi saja tidak pernah terjadi, apalagi di dunia nyata? Pernyataan yang sangat konyol keluar dari bapak presiden.

Ada yang setuju dengan pernyataan yang sebelumnya saya tulis? jika setuju, berarti negara ini memang tidak akan pernah maju, selamanya. Bagaimana mewujudkan, mimpi saja kita tidak pernah. mimpi saja kita tidak berani, mimpi saja kita malu. mimpi saja, kita merasa berdosa.

Oke, lupakan ocehan saya diatas... mari kita merenung sejenak.

Kok saya jadi berfikir.. sepertinya sistem pemerintahan dinasti tidak terlalu buruk. dibandingkan sistem demokrasi pancasila yang saat ini kita anut. Kok bisa?

Coba kita renungkan kembali beberapa kejadian setelah terjadinya reformasi di Indonesia yang dipimpin oleh Amien Rais (Bapak Reformasi, katanya). selama kurun waktu tersebut, sudah berapa kali pergantian presiden membuat masyarakat Indonesia "puas"? Jawabannya adalah tidak ada puasnya. Dipimpin presiden yang pinter, jenius dibilang presiden boneka. Mau pemerintahan yang di pimpin orang yang tidak bisa melihat dengan baik, dibilang negara amburadul. Mau pemerintahan yang dipimpin cewek, dikata lembek. Mau pemerintahan dipimpin oleh yang berwibawa, dibilangnya hanya ngejar imej. Mau dipimpin presiden yang lahir dari kalangan bawah dan suka blusukan dibilangnya suka utang. Bisa disimpulkan, bahwa ketika rakyat (yang memiliki kekuasaan tertinggi) tidak pernah merasa puas, mau siapapun yang memimpin "sesuatu yang merasa lebih berkuasa" maka tidak akan pernah berhasil. Itulah kelemahan demokrasi, setidaknya menurut orang bodoh seperti saya yang hanya mengerti sedikit logika.

Bagaimana dengan dinasti?

Masih ingat jaman orde jadul, ada yang namanya REPELITA? Repelita merupakan singkatan dari Rencana Pembangunan Lima Tahun yang dicanangkan oleh pemerintahan Soeharto selama kurun waktu 30 Tahun masa jabatannya. Tercatat 6 Pelita yang sudah Ia rencanakan dalam kurun waktu tersebut. 6 Repelita / 6 fase tersebut meliputi pembangunan infrastruktur besar-besaran, peningkatan ekonomi sektor pertanian dan perikanan, pemerataan ekonomi hingga menggaungkan investasi dibidang industri kepada dunia luar. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan program tersebut. hanya saja, pada penerapannya menjadi tidak tepat karena banyak oknum tidak amanat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. 

Bandingkan dengan sistem pemerintahan sekarang, yang hanya maksimal 2 kali masa jabatan pemerintahan. Setiap presiden (tanpa adanya janjian dengan presiden sebelumnya) dituntut untuk secara ajaib melakukan sesuatu yang nanti dimasa pemerintahannya, Indonesia bisa bangkit, Indonesia bisa maju, Indonesia bisa memimpin. tidak ada kesinambungan program / rencana yang matang antara satu pemerintahan dengan pemerintahan selanjutnya. Bagaimana mungkin terjadi?

Lalu apa dinasti lebih baik dibanding demokrasi?

tidak sepenuhnya benar. karena, sistem pemerintahan dinasti itu penguasa yang memilih dirinya sendiri. penguasa yang memegang penuh kendali pemerintahan, seakan tidak ada kontrol sama sekali. Namun bandingkan dengan demokrasi. Presiden siapa yang milih? tentu rakyat, dengan jalan voting / perhitungan suara. suara terbanyak lah yang akan menduduki kursi kepresidenan. Akan tetapi mengapa pilihan sendiri pun, rakyat tidak pernah merasa puas?

Coba kita berhenti sejenak, dan merenung. Kemana kita akan melangkah, kita yang menentukan.

Bagaimana jika sebenarnya, manusia tidak akan pernah merasa puas?
Bagaimana jika kehendak absolute manusia adalah sebuah kesalahan?
Bagaimana jika tidak ada aturan apapun yang manusia buat yang benar-benar benar?
Bagaimana jika kita cukup sedikit terbuka untuk menerima perbedaan pemikiran?
Bagaimana jika, AturanNya lah absolute sejati?
Bukankan tanpa rantai yang membelenggu, roda tidak akan bergerak melaju?

wallahu a'lam bishawab

Salam,

Wid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Exchange 2010 SP3 PrepareAD error “The well known object entry with the GUID”

Currently we are going to upgrade Exchange 2010 SP1 to Exchange 2010 SP3 which is one of the step is preparing AD. But in the mid of proces...