Suatu hari ketika kelaparan mulai menghujami, saya dan seorang teman memutuskan untuk sarapan soto ayam Miki. Saya menyebutnya soto ayam Miki, karena sang penjual berada disebelah Gereja Santo Paulus Miki, salah satu gereja katolik di Salatiga. Waktu itu kami sedang membahas suatu hal. Memang, kami sering bertukar pikiran.. entah soal kuliah, soal agama, soal kehidupan, banyak hal yang selalu bisa kami ceritakan. Meskipun, kami berbeda kepercayaan tak menghalangi kami untuk saling menghargai, terbuka dan lebih toleran.
"Ji, nanti kalau kamu sudah lulus mau kerja dimana?"
Wah, belum tau nih... kamu sendiri gimana?
"Aku juga bingung, berat rasanya kalau harus kerja diluar kota. Apalagi di Jakarta"..
Iya juga sih, kamu kan orang tua, pacar ada di Salatiga semua ya. Kalau aku sih, sepertinya cari yang deket aja. Kasihan orang tua kesepian.
"Oh, gitu. iya juga sih..."
Suasana terhening sejenak... hingga temanku bertanya..
"Kalau misal nanti kamu harus bekerja diluar bidang elektro, gimana?"
Maksudnya?
"Aku pernah ditanya Pak Matiyas waktu maen kerumahnya sama temen-temen, pertanyaan yang sama."
Terus kamu jawab apa?
"Aku jawab... Tidak akan saya ambil. Percumah saya belajar lama-lama kuliah ambil elektro susahnya minta ampun, ga dipakai juga ilmunya"
Ouw, gitu.. Terus Pak Matiyas ngomong apa?
"Dia cuma tersenyum sih..."
Loh, jangan salah.. kamu tau Adit? meskipun bekerja sebagai Sales Engineer, dia orangnya berdedikasi dan mau terus berkembang. Kamu masih ingat sama Yuwono Gusman? manusia "Nggateli" itu?
"Masih lah, sekarang dia dimana sih?"
Ternyata dia ambil double degree fakultas Sastra dan Bahasa Inggris. Dia juga ikut kompetisi debat dalam bahasa Inggris. Apa menurutmu ilmunya di elektro sia-sia?
"Wah, aku baru tahu soal itu.."
Menurutku, ilmu kita di elektro itu bukan cuma bagaimana menghitung gelang warna di resistor, bagaimana hukum kirchoff, bagaimana cara menyolder, bagaimana kita memahami rumus fisika kuantum, bagaimana kita memahami kalkulus, atau bagaimana kita memprogram mikrokontroller. Bukan hanya itu...
Menurutku, ilmu yang sejati adalah ilmu yang kita dapat dari kehidupan. Bagaimana cara kita menghadapi masalah yang berpacu dengan waktu, bagaimana menghadapi tekanan tinggi karena besok ada ujian, bagaimana kita meninggalkan ego dan terkadang mengorbankan diri kita sendiri, saling membantu teman yang mengerjakan skripsi, dan akhirnya bagaimana kita saling menghargai dan mengerti satu sama lain. Itu menurutku nilai-nilai yang sangat berharga, jauh lebih berharga dari IPK tiga koma, jauh dari kata cumlaude. Pada akhirnya, apapun kita ya apa yang bisa kita berikan untuk kehidupan jauh lebih berharga dari kuliah tujuh tahun. Yang jelas, kalo dihargai dengan SKS, mungkin jumlah kreditnya tak terhingga karena saking berharganya.
Pada akhirnya, saat ini saya dan teman saya sudah menyelesaikan tujuh tahun beban dipundak.. Yaitu bekerja. Meskipun berbeda profesi, dan diluar bidang elektro... Semoga, apapun yang kami lakukan bisa bermakna bagi kehidupan..
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar